Saturday, November 14, 2015

Filled Under:

HUMOR SEBAGAI METODE PEMBELAJARAN

Dalam wacana pendidikan Islam dikenal "adagium al-thariqatu ahammu minal-maddah"(penguasaan metode lebih penting daripada penguasaan materi).Adagium ini tentu saja tidak bermaksud mengecilkan pentingnya penguasaanmateri dalam aktifitas mengajar siswa. Kalimat tersebut memberi penegasan bahwa untuk mencapai tujuan belajar maka seorang guru hendaknya menggunakaan metode-metode mengajar yang tepat.
Salah satu metode mengajar dalam khazanah pendidikan Islam yang telah berusia tua adalah metode humor. Agar suasana belajar tidak tegang, monoton, kaku dan berubah menjadi segar, ceria dan menggembirakan maka guru melontarkan humor-humor edukatif di sela-sela waktu mengajarnya. Dalam perkembangannya, metode humor menjadi ciri khas pendidikan Islam. Di dunia pendidikan Arab dikenal tokoh-tokoh humor seperti Abu Nawas dan Nasrudin Hoja. Masing-masing tokoh dideskripsikan memiliki kecerdikan serta
rasa humor yang tinggi dan hampir di setiap humornya mengandung kritik sosial. Ada perbedaan besar antara Abu Nawas dan Nasruddin Hoja. Abu Nawas adalah seorang penyair yang kurang taat beribadah. Ia juga dikenal sebagai pemabuk dan gemar berfoya-foya dalam kehidupan yang mewah. Abu Nawas baru mendalami agama pada masa tuanya. Sementara itu Nasruddin Hoja adalah seorang ulama, guru, dan hakim yang hidup dalam kemiskinan. Maka dari itu kisah-kisahnya penuh dengan nilai-nilai moral dan agama. Dalam khazanah pendidikan Islam di tanah air, humor juga menjadi bumbu penyedap proses belajar mengajar. Dunia pesantren, madrasah dan perguruan tinggi Islam sangat kaya dengan joke, humor dan canda dari para pengasuhyang pintar melontarkan humor-humor untuk menarik perhatian audiens-nya. Demikian juga KH. AR. Fahrudin, mantan ketua pimpinan pusat Muhammadiyah empat periode yang juga digemari ceramahnya karena guyonan-guyonannya. Meskipun banyak ustadz, guru, mubaligh dan kyai yang memanfaatkan metode humor dalam proses mengajar siswa, namun tidak sedikit pula yang justru bersikap sebaliknya. Kalangan ini menganggap bahwa tertawa sebagai buah dari humor akan mengeraskan dan membutakan hati nurani. Hidup, menurut mereka harus dijalani dengan penuh kesungguhan dan keseriusan karena sesungguhnya dunia adalah penjara bagi kaum muslim (al-dunya sijnu al-muslim).

Bersendagurau, bercanda dan humor di sela-sela mengajar adalah sia-sia dan mengurangi kewibawaan guru di depan siswa. Lebih serius lagi, mereka menganggap humor apalagi sampai membuat orang tertawa terbahak-bahak adalah perbuatan syetan. Tulisan di depan anda saat ini, berusaha menjawab apakah humor
sebagai metode mengajar diperbolehkan oleh syara’ Islam atau justru dilarang. Adapun perspektif kajian yang digunakan adalah perspektif hadits Nabi shalla Allahu ‘alaihi wa sallam.
Hadits Nabi SAW yang berisi tentang anjuran menggunakan metode yang menggembirakan (baca: humor) dapat ditemukan di dalam hadits utama berikut:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ : حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ قَالَ : حَدَّثَنَا شُعْبَةُ ، قَالَ : حَدَّثَنِي أَبُو التَّيَّاحِ ، عَنْ أَنَسٍ ، عَنِ
.النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : يَسِّرُوا ، وَلاَ تُعَسِّرُوا وَبَشِّرُوا ، وَلاَ تُنَفِّرُوا
Muhammad bin Basyar menceritakan kepada kami (dengan berkata) Yahya bin Sa’id menceritakan kepada
kami (dengan berkata) Syu’bah menceritakan kepada kami (dengan berkata) Abu Tayyah menceritakan
kepadaku yang diterima dari Anas dari Nabi SAW. Nabi SAW bersabda: Mudahkanlah (mereka) dan jangan kau persulit, gembirakanlah dan jangan membuat (mereka) lari
(menjauhimu).
Imam Nawawi dalam syarahnya terhadap Shahih Muslim mengatakan bahwa hadits tersebut ditujukan kepada Mu’adz bin Jabal dan Abu Musa al-‘Asy’ari yang diutus untuk berdakwah (mengajar) ke Damaskus. Kedua sahabat Nabi tersebut dipesan agar dalam berdakwah (mengajar) menempuh cara-cara yang mudah dipahami dan menggembirakan. Metode tersebut sangat tepat digunakan untuk masyarakat yang masih awam atau masyarakat yang belum lama menyatakan ke-Islamannya. Yassiru wa la tu’assiru (mudahkanlah dan jangan membuat sulit) mempunyai makna hendaknya dalam pemilihan materi ajar, seorang guru memulai dengan hal-hal yang mudah dipahami siswa dulu kemudian meningkat ke yang lebih sulit, rumit dan kompleks. Prinsip ‘allimu bi qadri ‘uqulihim (ajarlah siswa sesuai dengan kadar kemampuannya) hendaknya dijadikan acuan bagi setiap guru. Kalimat tersebut juga memiliki arti "gunakan cara-cara atau metode-metode yang bisa membantu pemahaman siswa terhadap suatu materi sehingga terhindar dari kesulitan." Seorang guru harus menguasai dan mampu mempraktekkan teaching skills (ketrampilan- ketrampilan-mengajar). Salah satu di antaranya yaitu kemampuan menjelaskan materi. Poin-poin penting dalam hal kemampuan menjelaskan ini antara lain: keterangan guru memiliki kriteria berfokus pada inti pelajaran, menarik perhatian siswa, mudah ditangkap (dicerna) oleh siswa, penggunaan contoh, ilustrasi, analogi, dan semacamnya yang menarik perharian siswa. Dalam rangka memudahkan pemahaman siswa tersebut maka Rasulullah SAW selanjutnya bersabda wa baasyiru (gembirakanlah). Mempelajari materi ajar membutuhkan peran akal dan hati. Bila siswa memiliki keterbatasan berpikir dalam upaya menyerap materi ajar, maka hendaknya seorang guru menambahkan humor atau melakukan kegiatan yang menyenangkan di sela-sela belajar. Beberapa manfaat yang dapat didapat adalah:
memecahkan rasa kejenuhan dan kebosanan siswa,memberi rehat bagi guru, mengasah hati dan memberikan suasana baru untuk melanjutkan pelajaran, dan merubah suasana kelas yang kering menjadi segar dan
menyenangkan.
Mendesain suatu proses belajar yang menggembirakan adalah sangat penting, karena belajar yang menggembirakan merupakan kunci utama bagi individu untuk dapat memaksimalkan hasil yang bisa dicapai dalam proses belajar.
Bobbi De Potter dan Mike Hernacki mengangkat hal tersebut sebagai falsafah dasar yang harus dikembangkan dalam proses belajar. Al-Syaibaniy, seorang pakar pendidikan Islam, juga berpendapat senada. Ia memandang sangat penting membuat aktifitas pendidikan menjadi suatu proses yang enyenangkan dan menciptakan kesan baik pada diri siswa. Pendapat ini berdasarkan firman Allah:
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Al-Syaibaniy menafsirkan ayat di atas sebagai berikut: “Katakanlah wahai hambaKu yang berlebih-lebihan terhadap diri mereka, jangan kamu putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya amal yang paling disukai di sisi Allah adalah memasukkan kegembiraan di hati mukmin.

Mendesain suatu proses belajar yang menggembirakan adalah sangat penting,karena belajar yang menggembirakan merupakan kunci utama bagi individu untuk dapat memaksimalkan hasil yang bisa dicapai dalam proses belajar. Salah satu metode yang bisa digunakan adalah metode humor.

baca juga BELAJAR DARI FILOSOFI SEMUT

0 comments:

Post a Comment

Copyright @ 2013 RABBANI.

Designed by | TechTabloids